Sabtu, 26 Februari 2011

Keterasingan Karl Marx Dan Jaques Lacan

Keterasingan kadang dianggap kurang lebih sama dengan penyimpangan. Kita dapat mengatakan bahwa orang menyimpang itu, misalnya : “ siswa sekolah menengah pertama itu yang hobinya tauran” , adalah terasing dalam masyarakatnya, ia gagal mengidentifikasi diri mereka dengan masyarakatnya dan gagal menrima tanggung jawabnya sebagai anggota masyarakat. Maksudnya adalah ia terasing karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat. Dan orang - orang yang dapat menyesuaikan diri adalah orang orang yang patuh. Gambaran tentang penyimpangan itu adalah hal buruk kalau cara pandang kita terhadap penyimpangan atau keterasingan seperti ini.

Ambil contoh lain, misalnya warganegara yang apatis terhadap pemilihan umum,. Orang yang tidak memberikan hak suara mereka itu disebut sebagai terasing dari peranan member suara sebagai warganegara. Hal ini mungkin terjadi karena orang tersebut ( yang terasing ) berfikir bahwa pilihannya tidak akan mempengaruhi kehidupan politik atau dilihat semua p[aati politiok tidak ada yang baik, semua kelihatan sama saja dan dipimpin oleh orang orang yang semacam pula. Robert E. Lane mengemukakan pendapatnya bahwa orang yang terasing dalam politik adalah mereka yang merasa tidak puas terhadap politik, sedangkan orang orang yang tidak terasing adalah mereka yang senang dengan system politik yang ada. Oleh karena itu butuh penyesuaian system politik disana sini untuk menjamin agar cukup banyak orang yang tergerak untuk melakukan apa yang dituntut system politiknya dengan kata lain cukup banyak orang yang puas dengan sistem politik yang ada sekarang.



Jika dilihat dari sudut peranan maka keterasingan hanya terjadi ketika orang orang terpaksa untuk menerima peranan peranan yang telah disiapkan oleh mereka dan mengajukan banyak kata tanay dalam dirinya, apakah system politik ini dapat memberikan keuntungan keuntungan yang mereka harapkan. Pengertian seperti ini berlawanan dengan pengertian keterasingan menurut tradisi Marx. Menurut tradisinya, masyarakat dimana setiap orang mau menyesesuaikan diri dengan peranan dalam system politik yang ada, setiap orang memenuhi tuntutan system tersebut, adalah justru suatu masyarakat terasing. Alasannya adalah karena dengan cara itu pelaksanaan kegiatan politik menjadi terpisahkan dari keputusan masing masing individu dan diserahkan pada mekanisme pelaksanaan yang impresional dari suatu system politik. Keterasingan terjadi saat system system tersebut berhadapan dengan orang sebagai kekuatan luar yang tidak dapat dikendalikan oleh system system tersebut.

Partai dilihat sebagai kekuatan yang impresional, berada diatas anggota anggotanya sebagai individu. Partai sebagai suatu organisasi adalah tidak lebih dari hubungan sosial antara anggota anggotanya. Marx menyebutkan keterasingan terdiri dari e elemen yakni keterasingan pekerja dari produksi yang dihasilkannya, keterasingan pekerja dari produktifnya sehingga kegiatannya sendiri menjadi suatu kegiatan yang terasing sehingga tanpa disadari pekerja tersebut mengasingkan dari dirinya sendiri.

Menurut Marx, manusia dibedakan dari binatang karena manusia terlibat dalam kegiatan hidup bebas yang sadar dan produktif. Binatang hanya menghasilkan untuk memenuhi kebutuhannya saja, sedang manusia dpat menghasilkan dan menciptakan sesuatu untuk memenuhi hal-hal di atas kebutuhannya. Dalam pembicaraanya, Marx menitik beratkan pada keterasingan buruh/pekerja. Perburuhan bagi marx adalah kegiatan hidup yang produktif dan kreatif, produktif dalam arti peningkatan dan mengembangkan manusia, bukan produksi barang yang dinilai dengan uang. Kini, kerja produktif sering disamakan nilainya dengan produksi barang dagangan. Bahakan tukan kebun amatir pun akan menilai usaha usaha mereka dari segi berapa ongkos yang dikeluarkan untuk membayar orang untuk melakukan pekerjaan tersebut. Menurut Marx hal demikian disebut keterasingan. Nilai intristik buruh diganti dengan nilai tukarnya dalam arti uang dan tenaga kerjanya itu sendiri menjadi suatu barang dagangan yang semata mata sebagai alat tukar.

Dalam dunia kerja, pencari kerja bukan hanya menjual keterampilan - keterampilannya yang khusus, tetapi juga kepribadiannya, kepribadian yang baik berarti suatu kenaikan pangkat atau pemindahan keraj ke posisi yang lebih baik lagi. Karena itu, kepribadian tersebut bisa disesuaikan dengan tempat kerja dan tujuan yang ada sehingga merupakan suatu objek yang dilihat sebagai suatu alat tukar. Erich Fromm berpendapat bahwa sebagai suatu masyarakat modern ditandai oleh kecendrungan dimana segala kegiatan dinilai dari segi “ pertukaran” dan kedudukan direndahkan sedemikian rupa kedalam nilai – nilai uang. Contoh sebuah nilai pendidikan dinilai dengan uang, yakni pendapatan tambahan yang bisa didapat oleh muridnya kelak, atau sumbangnanya pada perekonomian sehubungan dengan biaya pendidikan yang telah keluar.

Dalam proses keterasingan sebagaimana buruh dan kegioatan hidup ditransformasikan menjadi barang, atau alat tukar maka individu itu sendiri menjadi suatu barang dagangan, sehingga dalam pendidikan, pelajar – pelajar hanya dilihat semata – mata sebagai sebuah wadah keterampilan bakat dan kemampuan produktif dari murid – murid dipandang sebagai suatu sumber daya untuk menjalankan perekonomian, persis seperti sumber daya mineral saja. Gagasan bahwa keterasingan akan lebih menonjol pada orang – orang yang tidak banyak terlibat dalam kegiatan kegiatannya, adalah keliru.

Contoh – contoh ekstrim dari keterasingan dalam lingkungan pekerjaan justru lebih ditemui diantara pekerja – pekerja professional. Orang orang akademis dan semua kegiatan hidupnya diabadikan untuk menulis sebanyak mungkin buku dan makalah agar supaya kedudukannya, status dan gengsinya terjamin , sudah tentu lebih terasing dari pada montir mobil. Karena seluruh kegiatan ilmuwan itu bersifat instrumental dan externalized.

Bukan kebetulan ketika Marx menganalisis patologi sifat manusia dalam teori alienasi, ia mulai dari keterasingan tenaga kerja dan baru generalisasinya terhadap seluruh manifest manusia. Dalam masyarakat berkelas, buruh terasing dari aktivitasnya sendiri dan dari produk yang ia produksi. Aktivitasnya sendiri tidak lagi dirasakan sebagai kepunyaan dan produk dari pekerjaannya tak lagi kepunyaannya . Kondisi keterasingan kerja seperti ini menyebar ke seluruh bidang kehidupan.

Prinsip – prinsip kapitalisme membuat beberapa orang yang mempunyai akses dan modal bisa jumawa. Karena prinsip kapitalisme adalah pertama yaitu mencari untung atau laba sebesar besarnya, demi untuk memakmurkan pihak yang mempunyai modal dan hak atas alat produksi. Kedua adalah memperluas pasar, agar keuntungan yang bisa diraih sebelumnya dapat memakmuran lagi hidupnya. Dalam memperluas pasar dibutuhkan buruh dan pabrik, buruh dan pabrik menjadi industry. Borjuis mengambil alih kekuasaan industry karena merekalah yang mempunyai modal dan alat produksi buruh itu dalam posisinya menjadi seorang proletar. Bagaimanapun untuk memperkaya para borjuis yang gila kekayaan dibutuhkan seorang proletar untuk bekerja pada mereka.

Lalu dimana keterasingan yang terjadi dari hal di atas??. Buruh bekerja maka mereaka dipisahkan atau terasing dari ciptaannya sendiri. Misalnya seorang buruh yang bekerja di pabrik sepatu, mereka bekerja nonstop selama 12 jam sehari, mungkin menghasilkan beribu pasang sepatu seharinya. Para pemilik industri atau para bos mengambil untung dari setiap sepatu. Sedangkan para buruh tidak menikmati sedikitpun keuntungan sepatu tersebut, padahal semua produksi sepatu dan produksi lainnya dilakukan oleh buruh itu sendiri. Buruh hanya mendapat upah yang ditentukan dari para pemilik modal dan usaha. Keuntungan bersih sepatu diperoleh pemilik, ini yang membuat borjuis semakin makmur sedangkan para proletar tidak bisa pindah dan memperbaiki status dan hidupnya.

Kedua, para buruh yang bekerja dalam waktu yang lama, waktu hidupnya hanya dihabiskan di pabrik dirumah hanya tersisa letih dan tidur. Sehingga mereka pun terasing oleh lingkungan tempat mereka hidup, keluarga, teman maupun tetangga. Membuata daya kreatifitas mereakan para buruh menurun, kejenuhan yang membebani hidup se akan menambah berat seorang proletar yang harus bersusah payah, mengorbankan seluruh waktu dan kebiasaan mereka untuk mencari nafkah demi melangsungkan hidup. Sifat manusia sebagai makhluk sosial menjadi hilang, keterasingan seperti ini menyerang jiwa karena pada dasarnya manusia tercipta sebagai makhluk sosial.

Ketiga adalah terasing dari strukturnya di masyarakat, mereka para buruh merasa terasing oleh strukturnya. Seperti sudah tidak di anggap lagi oleh sekitar. Mereka seperti kasta paria yang mempunyai kasta namun keberadaanya tidak diperhitungkan. Peraturan peraturan yang ada dan dibuat tidak memihak kaum bawah secara tidak langsung, namun malah menguntungkan kaum atas. Senagaja dibuat supaya borju tidak turun kasta dan sebaliknya para proletar tidak naik kasta. Bagi kebanyakan orang, dan khususnya bagi para buruh industri dalam system kapitalis, pekerjaan tidak merealisasikan hakikat mereka melainkan justru mengasingkan mereka. Mengpa demikian? Karena, jawab Karl Marx, dalam sistem kapitalisme, orang tidak bekerja secara bebas dan universal, melainkan semata mata secara terpaksa, sebagai syarat untuk hidup.

Tetapi keterasingan itu juga merusak hubungan di dalam masing masing kelas. Buruh bersaing dengan sesame buruh dan pemilik modal dengan pemilik modal. Para buruh berebut tempat kerja sedangkan para pemilik modal berebut pasar. Marx memperlihatkan bahwa dalam dalam masyarakat yang berdasarkan hak milik pribadi, hubungan antar manusia mesti bersifat saingan ( keuntungan yang satu merupakan kerugian orang lain ). Manusia tidak lagi bertindak demi sesuatu yang bernilai pada dirinya sendiri atau demi kebutuhan sesame, melainkan hanya sejauh tindakannya menghasilkan uang.

Di alam kapitalisme, missal orang membeli ikan arwana ataupun guci besar untuk pajangan, bukan semata untuk keindahan dan hoby namun pula nilai investasinya. Yang terpenting nilai uangnya buaka barangnya tersebut. Meskipun orang lain lapar dan saya tidak punya uang maka saya tidak akan memberinya makan, dan sebaliknya jika saya mempunyai uang banyak maka saya dapat memperoleh makannan sebanyak apapun semau saya walaupun saya tidak lapar.

Keterasingan dari manusia ke manusia lainnya terlihat dalam fakta bahwa kebutuhan tidak lagi mendesak saya untuk memenuhinya meskipun saya mampu untuk memenuhinya. Sikap saya seluruhnya adalah egois, saya akan memenuhi kebutuhan orang lain sejauh saya sendiri memperoleh keuntungan darinya. Hubungan antar manusia yang tidak terasing, diperlihatkan Marx dengan indah pada hubungan cinta antara laki laki dan perempuan. Dalam cinta laki laki dan perempuan saling menjadi kebutuhan secara alami dan spontan saling terdorong satu dengabn yang lainnya dan gembira untuk memenuhio kebutuhan pasangannya, tanpa ada melirik ke egoisanya sendiri.

Lalu bagaimana dengan keterasingan menurut Jean Jacques Lacan . letak perbedaan keterasingan antara teori Karl Marx dan Lacan adalah, Lacan sebagai psikoanalisa mendefinisikan keterasingan dengan perangkat keras berupa cermin. Kontribusi Lacan menggabungkan psikoanalisis dengan logika linguistic sangat berharga. Dia ( lacan ) melakukan pengamatan kepada manusia dari dia bayi ataupun balita. Disaat manusia sewaktu menjadi bayi atau balita tidak sadar bahwa sesungguhnya mereka melakukan identifikasi diri mereka sendiri.
Pengalaman dirinya sendiri ketika masih dalam posisi bocah disebut tahap cermin. Dijelaskan bahwa tahap diman perkembangan dari fungsi aku dalam tubuh manusia bekerja secara alamiah jika di lihat dari sisi psikoanalisis. Misalnya pengujian terhadap dua subjek, satu bocah manusia dan satunya lagi bayi orang utan. Keduanya diberi masing masing sebuah cermin, seorang bocah saat melihat dirinya di cermin ia mengenali dirinya di cermin, mengidentifikasinya, meneliti secara fisik dan kemudian mengimajinasikan dirinya didepan cermin bentuk bentuk dirinya, yang tidak lain adalah dirinya sendiri. Sedangkan bayi orang utan hanya menggunakan cermin itu untyuk mainan.

Tahap cermin menandakan : pertama, eksistensi nilai historis sebagai titik balik dalam pembangunan mental anak. Kedua melambangkan sebuah hal penting tentang hubunganya dengan citra tubuh. Lacan menjelaskan bahwa tahap cermin ini berbeda dengan fenomena utuh yang terjadi pada perkembangan anak. Hal ini mengilustrasikan konflik alamiah anatar dua hubungan, anatara nilai historis dan logika simbolik. Tahap inipun mendeskripsikan komposisi Ego dalam proses objektifikasi. Ego merupan hasil akhir dari perselisihan rasa antara suatu rasa penampilan dan rasa emosional atas realitas

Lacan menyebutnya ( tahap ini ) sebagai alienasi atau pengasingan, cermin dalam kasus lacan bisa dipahami secara metaphor maupun empiris. Ketika seorang bocah dihadapkan dengan cermin, penampilan yang kontras didalam cermin yang menggambarkan anak, mulanya dipandang sebagai sebuah musuh atau rival. Tahap cermin memberikan tegangan agresif antara subjek dan citra. Untuk memecahkan tegangan agresif ini, subjek mengfidentifikasi citra , identifikasi primer sehingga nantinya akan membentuk Ego. Identifikasi ini pun juga melibatkan ego ideal yangberfungsi membentuk keinginan beserta antisipasinya atas kepentingan yang ada, ego ideal menjanjikan seorang subjek mencapai keinginannya melaui cara imitasi, peniruan, dan penjiplakan bapak atau ibu sebagai idaman.
Perbedaan antara Lacan dan Freud ada pada tahap perkembangan individu. Perkembangan individu menurut freud adalah pada aspek biologis. Manusia dalam tahap perkembangannya terbagai kedalam empat tahap, yaitu oral, menuju anal, kemudian menjadi phalik dan akhirnya adalah tahap genital. Tahapan ini sangat seksualitas. Perkembangan individu sangat sangat seksualitas. Manusia sangat ditentukan konsep diri mereka dalam kecemburuan terhadap alat kelamin jenis lain. Dari kecemburuan itu manusia membenci salah satu dari orang tua mereka sekaligus kagum terhadapnya. Dari kecemburuan, kebencian sekaligus kekaguman itu mengklasifikasikan manusia pada dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan.

Konsep diri dengan jalan aspek seksualitas ini tidak begitu disetujui oleh Jean Jacques Lacan. Menurut Lacan, manusia itu berkembang dalam tatanan-tatanan pada alam bawah sadar. Tatanan itu adalah tananan real, tatanan imajiner, tatanan simbolik. Tananan real merupakan tatanan saat anak belum mengenal dunia karena belum bisa melihat dunia, saat itu anak masih bersatu dengan tubuhnya dan yang berlaku adalah konsep “need”. Konsep need artinya manusia seratus persen mendapat suplai untuk hidup dari ibunya dan seratus persen membutuhkann suplai tersebut.

Saat lahir, anak terpisah dari surge yang telah member mereka suplai untuk hidup, maka dari itu anak mengalami trauma pertama dalam hidupnya. Tak heran jika anak menangis saat dilahirkan. Kemudian anak mulai mengenali tubuhnya secara utuh dengan mengambil orang lain sebagai cermin terhadap dirinya artinya dia mencari model orang yang ideal untuk dijadikan sample untuk mengidentifikasikan dirinya terhadap model tersebut. Model ini bisa ayah, ibu, kakak, atau orang lain.

Namun dalam pencarian model tersebut sebenarnya anak sedang mengalami suatu alienasi terhadap dirinya sendiri. Anak tidak bisa menemukan jati dirinya yang sebenarnya karena diri yang ada pada raganya adalah hasil dari peniruan terhadap tipe ideal yang telah anak identifikasi sendiri. Dan saat anak menyadari bahwa dirinya sedang teralienasi, ia mengalami trauma yang kedua saat dirnya menyadari bahwa diri dalam raga hanyalah ilusi. Dan setalah mengalami trauma-trauma itu, manusia sudah mampu hidup dengan symbol-simbol yang dibentuk oleh dunia, bisa dari symbol bahasa, norma, maupun agama.

Keterasingan dlam pengertian marx, dia menggambarkannya dengan keterasingan diri sendiri dan keterasingan oleh orang lain. Keterasingan pekerja / buruh pada ciptaannya sendiri, sebagai pekerja dia tidak memiliki hasil pekerjaannya karena semua itu milik pabrik. Sehinga bekerjanya pun jadi terasing pula, bekerja dibawah paksaan. Kemudian keterasingan diri dengan orang lain itu hakikatnya berarti manusia terasing dari sesamanya karena sifatnya yang sosial terasing juga daripadanya. Tanda keterasingan itu adalah kekuasaan uang.

Kalau lacan, pengertian keterasingannya adalah pergolaka ego terhadap proyeksi diri. Seorang anak melihat keseluruhan raganya di depan cermin lalu mereka mengidentifikasi dirinya. Ego itu pula merupakan hasil akhir dari perselisihan rasa antara suatu rasa penampilan dan rasa emosional atas realitas. Sama sama mengambil istilah alienasi namun dengan sudut pandang dan contoh kasusu yanmg sangat jauh berbeda. Pada intinya keterasingan bukan berarti sesuatu yang menyimpang seperti yang orang awam biasa pahami.

-------

Berlin, Isaiah .2008. Karl Marx riwayat sang pemikir revolusioner. Jogjakarta : panji pustaka

Berry,David. 1995. Pokok pokok pikiran dalam sosiologi. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Magnis, Franz. 2000. Pemikiran Karl Marx dari sosialisme utopis ke perselisihan revisionism. Jakarta : PT.gramedia pustaka umum

Ritzer, George & Douglas J.Goodman. 2010. Teori sosiologi modern. Jakarta : Pranad Media Group

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi perubahan sosial. Jakarta : pranada.

------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar